AbuyaMuda Waly. Profil Sheikh Muda waly al Khalidy An Naqsyabandy Al Asyiy. Syeikh Muda Waly Al khalidy dilahirkan diDesa Blang poroh,kecamatan Labuhan Haji, kabupaten Aceh Selatan, pada tahun 1917.Beliau adalah putra bungsu dari Sheikh H.Muhammad Salim bin Malin Palito.Ayah beliau berasal dari Batu sangkar, Sumatra Barat.
Beranda / Berita / Aceh / Dua Versi Makam Ulama Aceh Syekh Abdurrauf As Singkili, Begini Pandangan Antropolog Senin, 27 Februari 2023 2100 WIB Font Ukuran - + Reporter Makam Syiah Kuala yang beralamat di Gampong Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. [Foto dok Dialeksis] Banda Aceh - Berita terkait dua lokasi makam Syekh Abdurrauf As Singkili sedang viral di kalangan masyarakat. Satu lokasi berada di Aceh Singkil dan yang satunya lagi di Syiah Kuala, Banda lokasi makam ini banyak dikunjungi oleh peziarah dan menjadi sebagai wisata religi. Makam yang berada di Aceh Singkil berlokasi di bibir sungai Singkil, sementara makam yang berada di Syiah Kuala Banda Aceh berada di bibir pantai Gampong Syiah Kuala. Menanggapi hal itu, Antropolog Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN Meulaboh, Muhajir Al Fairusy mengatakan, bahwa polemik tersebut sudah berlangsung lama, tapi tidak saling menyalahkan."Memang secara studi sejarah itu yang benar makam di Syiah kuala Banda Aceh dalam konteks dipahami orang Aceh, tetapi makam di kilangan itu juga berdasarkan keyakinan orang-orang Minang," jelasnya. Sebelumnya, kata dia, masyarakat Padang yang berasal dari bagian museum dan purbakala Muskala pernah datang ke Aceh untuk bertemu dengan pihak dinas pendidikan dan kebudayaan Aceh. Mereka meminta untuk mendirikan cungkup bangunan makam di Makam Syiah Kuala yang ada di Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala. Saat itu, orang Aceh tidak memberikan izin karena mereka ingin mendirikan bangunan mereka di Makam Syiah Kuala. Mereka mencari cara agar supaya bisa dikatakan bahwasanya Syekh Abdurrauf Assingkil itu keturunan dari mereka. Jadi dibuatlah di Aceh Singkil. Berdasarkan informasi masyarakat, kata Muhajir, awalnya di sana hanya ada makam biasa dan ada bangunannya juga. Kemudian orang Padang datang membersihkan makam yang berada di pinggir sungai tersebut dan mendirikan bangunan. "Setelah direnovasi barulah orang Padang beramai-ramai datang berziarah ke sana Singkil hingga saat ini," menjelaskan, secara ilmu antropologi tidak ada persoalan terkait keyakinan makam tersebut. Menurut hasil penelitian, orang berziarah ke makam di Singkil karena ada motivasi keyakinan dari mimpi-mimpi gurunya. "Perilaku ziarah dari pengunjung tarekat Syattariyah Pariaman itu motivasi keyakinan dari mimpi gurunya. Jadi itu perilaku ziarah berbasis keyakinan, bukan persoalan kebenaran makam," jelasnya diketahui, selain makam Syekh Abdurrauf As Singkili, terdapat beberapa makam ulama dan cendekiawan zaman dulu yang diyakini terdapat di dua tempat. Seperti misalnya Hamzah Fansuri yang selain ada di Ujong Pancu Ulee Lheue, juga disebut-sebut ada di Subulussalam. Keyword ULAMA ACEH SYEKH ABDURRAUF AS SINGKILI SYIAH KUALA Berita Terkait Sejarawan Aceh Ungkap Fakta Kebenaran Posisi Makam Syekh Abdurrauf As SingkiliDua Versi Makam Ulama Aceh Syiah Kuala, Rektor UTU Ahli Sejarah Wajib LuruskanWapres Ajak Ulama Dunia Wujudkan Tatanan Global Adil dan DamaiBPDPKS Kementrian Keuangan RI Kunjungi ARC PUIPT Nilam Universitas Syiah Kuala Komentar Anda
Berisi: Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Syekh Nawawi Al-Bantani Syekh Nuruddin Ar-Raniri Syekh Abdurrauf As-Singkili File dapat di downlo PEMERINTAHAN & NEGARA DALAM MULTI PERSPEKTIF ULAMA Cara Berfikir Islam Ahlussunnah wal Jama’ah
Syekh Abdurrauf Singkil - Kuala Aceh, Aceh 1105 H/1693 M adalah seorang ulama besar Aceh yang terkenal. Ia memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada umumnya. Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Kuala.Masa muda dan pendidikan Abdurrauf Singkil lahir di Singkil, Aceh pada 1024 H/1615 M, beliau memiliki nama lengkap Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili. Menurut riwayat masyarakat, keluarganya berasal dari Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri. Ia kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh. Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia belajar pada berbagai ulama di Timur Tengah untuk mendalami agama Islam. Tercatat sekitar 19 guru pernah mengajarinya berbagai disiplin ilmu Islam, selain 27 ulama terkemuka lainnya. Tempat belajarnya tersebar di sejumlah kota yang berada di sepanjang rute haji, mulai dari Dhuha Doha di wilayah Teluk Persia, Yaman, Jeddah, Mekah, dan Madinah. Studi keislamannya dimulai di Doha, Qatar, dengan berguru pada seorang ulama besar, Abd Al-Qadir al karya Sepanjang hidupnya, tercatat Syiah Kuala sudah menggarap sekitar 21 karya tulis yang terdiri dari satu kitab tafsir, dua kitab hadis, tiga kitab fikih, dan selebihnya kitab tasawuf. Bahkan Tarjuman al-Mustafid Terjemah Pemberi Faedah adalah kitab tafsir Syiah Kuala yang pertama dihasilkan di Indonesia dan berbahasa Melayu. Namun di antara sekian banyak karyanya, terdapat salah satu yang dianggap penting bagi kemajuan Islam di nusantara, yaitu kitab tafsir berjudul Tarjuman al-Mustafid. Kitab ini ditulis ketika Syiah Kuala masih berada di Aceh. Kitab ini beredar di kawasan Melayu-Indonesia, bahkan luar negeri. Diyakini banyak kalangan, tafsir ini telah banyak memberikan petunjuk sejarah keilmuan Islam di Melayu. Selain itu, kitab tersebut berhasil memberikan sumbangan berharga bagi telaah tafsir Alquran dan memajukan pemahaman lebih baik terhadap ajaran-ajaran Islam. Karya tulis Syekh Abdurrauf kini masih bisa ditemukan di Pustaka Islam, Seulimum, Aceh Besar. Hal ini merujuk pada buku yang dikarang Teuku Ibrahim Alfian berjudul Perjuangan Ulama Aceh di Tengah Konflik yang berdasarkan hasil penelitian Al Yasa’ Abubakar. Disebutkan dalam tulisan itu, karya tulis As-Singkili lebih kurang mencapai 36 buah kitab. Bahkan salah satu kitab yang dikarangnya diabadikan oleh Profesor A. Meusingge dalam buku yang wajib dibaca mahasiswa Koninklijke Academic Delft, Leiden. Di dalam buku tersebut diulas isi kitab As-Singkili yang berjudul Mi'rat at-Tullab fi Tahsil Ahkam asy-Syari'yyah li al Malik kerajaan Selain sebagai penulis yang produktif, Syekh Abdurrauf As-Singkili dipercayakan sebagai mufti kerajaan Aceh pada masanya. Pengaruhnya sangat besar dalam mengembangkan Islam di Aceh dan meredam gejolak politik di kerajaan tersebut. Salah satu kebijakan populis pada abad pertengahan adalah restunya terhadap kepemerintahan ratu-ratu di Syattariyah Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, syaikh untuk Tarekat Syattariyah Ahmad al-Qusyasyi adalah salah satu gurunya. Nama Abdurrauf muncul dalam silsilah tarekat dan ia menjadi orang pertama yang memperkenalkan Syattariyah di Indonesia. Namanya juga dihubungkan dengan terjemahan dan tafsir Al-Qur’an bahasa Melayu atas karya Al-Baidhawi berjudul Anwar at-Tanzil Wa Asrar at-Ta'wil, yang pertama kali diterbitkan di Istanbul tahun dan karya Ia diperkirakan kembali ke Aceh sekitar tahun 1083 H/1662 M dan mengajarkan serta mengembangkan tarekat Syattariah yang diperolehnya. Murid yang berguru kepadanya banyak dan berasal dari Aceh serta wilayah Nusantara lainnya. Beberapa yang menjadi ulama terkenal ialah Syekh Burhanuddin Ulakan dari Pariaman, Sumatera Barat dan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Azyumardi Azra menyatakan bahwa banyak karya-karya Abdurrauf Singkil yang sempat dipublikasikan melalui murid-muridnya. Di antaranya adalah Mir'at al-Thullab fî Tasyil Mawa'iz al-Badî'rifat al-Ahkâm al-Syar'iyyah li Malik al-Wahhab, karya di bidang fiqh atau hukum Islam, yang ditulis atas permintaan Sultanah Safiyatuddin. Tarjuman al-Mustafid, merupakan naskah pertama Tafsir Al Qur’an yang lengkap berbahasa Melayu. Terjemahan Hadits Arba'in karya Imam Al-Nawawi, ditulis atas permintaan Sultanah Zakiyyatuddin. Mawa'iz al-Badî', berisi sejumlah nasihat penting dalam pembinaan akhlak. Tanbih al-Masyi, merupakan naskah tasawuf yang memuat pengajaran tentang martabat tujuh. Kifayat al-Muhtajin ilâ Masyrah al-Muwahhidin al-Qâilin bi Wahdatil Wujud, memuat penjelasan tentang konsep wahdatul wujud. Daqâiq al-Hurf, pengajaran mengenai tasawuf dan teologi. Wafat Abdurrauf Singkil meninggal dunia pada tahun 1693, dengan berusia 73 tahun. Ia dimakamkan di samping masjid yang dibangunnya di Kuala Aceh, desa Deyah Raya Kecamatan Kuala, sekitar 15 Km dari Banda Aceh. Namanya kini dilakabkan menjadi nama Universitas Syiah Kuala atau Unsyiah. Universitas itu berada di Darussalam, Banda makam Syekh Abdurrauf As-Singkili dipercaya memiliki dua makam. Satu berada di Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Satu lagi di Desa Kilangan, Singkil. Makam di Singkil berada di bibir Krueng Singkil. Banyak peziarah mendatangi makam ini, baik dari Aceh maupun dari luar daerah seperti Sumatera Barat. Sementara di Banda Aceh, lokasi makam Syiah Kuala berada di bibir Selat Malaka. Seperti halnya di Singkil, lokasi makam ini juga banyak dikunjungi peziarah. Bahkan makam dijadikan sebagai lokasi wisata religi di Tanah Rencong oleh pemerintah daerah. Sumber
SyekhBurhanudin pernah belajar di Aceh dan berguru kepada Syekh Abdur Rauf as-Singkili, atau geometris. sisi barat mihrab Surau Tinggi Calau terdapat jalan dan Makam Syekh Abdul Wahab, yaitu pendiri dari surau ini. Jawhar al-Haqa’iq karya Syamsuddin al-Sumatra’i, Tanbih al-Masyi al-Mansub ila Tariq al-Qusyasyi karya Abdurrauf ibn
Abstrak Artikel ini mengkaji tafsir Tarjumân al-Mustafîd karya ' Abd al-Rauf al-Fanshuri. Penelitian ini difokuskan pada surah al-Fâtihah dan surah al-Baqarah yang menghabiskan setidaknya lima puluh halaman dari tafsir Tarjumân al-Mustafîd. Pendekatan deskriptif dan kuantitatif dalam penelitian ini sangat perlu dilakukan untuk menggapai hasil yang tepat sesuai dengan fakta dan realitas yang ada. Tafsir ini ditulis ketika ' Abd al-Rauf menduduki jabatan mufti di kerajaan Aceh yang waktu itu dipimpin oleh empat orang sultanah secara bergantian. Meskipun begitu, hampir dapat dikatakan nuansa politis itu tidak meresap ke dalam penafsirannya. Sisi keunikan tafsir ' Abd al-Rauf ini, ia sangat kontiniu dalam menggunakan kata kunci tertentu untuk mengawali sebuah penafsiran, ditambah lagi dengan bahasa dan aksara yang melekat dalam tafsir semakin menambah kekayaan khazanah tafsir Nusantara yang jarang dimiliki oleh tafsir lain. Abstract 'Abd al-Rauf al-Fanshuri's Tarjumân al-Mustafîd Biography, Political and Theological Contestation and Tafsir Methodology. This article is an attempt to provide insight to the reader on the interpretation of Tarjumân al-Mustafîd by ' Abd al-Rauf al-Fanshuri focusing on the sura al-Fâtihah and sura al-Baqarah which consumes at least fifty pages of the Tarjumân al-Mustafîd tafsir. This commentary was written when ' Abd al-Rauf assumed the position of mufti in the kingdom of Atjeh, which was then led by four sultanahs in turn, although, it is almost arguable that the political nuance did not seep into his interpretation. The unique aspect of the interpretation of ' Abd al-Rauf, he constantly uses certain keywords to start an interpretation, coupled with the language and script inherent in the interpretation increasing the wealth of the wealth of interpretation of the Nusantara that is rarely owned by other exegetes.
Sebutangelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Kuala). Nama lengkapnya ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili[1] . Menurut riwayat masyarakat, keluarganya berasal dari Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13.
Makam Ulama yang di ziarahi Kapolda Aceh adalah makam Syekh Abdurrauf As-Singkili yang terletak di Desa Kilangan, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil. Laporan Subur Dani Banda Aceh BANDA ACEH - Di sela-sela kunjungan ke Aceh Singkil, Kamis 20/1/2022, Kapolda Aceh, Irjen Pol Drs Ahmad Haydar SH MM, menyempatkan waktu untuk ber ziarah ke makam Ulama kharismatik di daerah itu termasuk di Provinsi Aceh. Makam Ulama yang di ziarahi Kapolda Aceh adalah makam Syekh Abdurrauf As-Singkili yang terletak di Desa Kilangan, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil. "Saat ber ziarah ke makam ulama, Kapolda Aceh turut didampingi Forkopimda Aceh Singkil dan tokoh agama setempat," kata Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Pol Winardy SH SIK MSi. Kapolda Aceh, Irjen Pol Drs Ahmad Haydar SH MM, saat ber ziarah didampingi Irwasda Polda Aceh, Kombes Pol Kalingga Rendra Raharja SE SH, dan sejumlah PJU Polda Aceh lainnya. "Kapolda Aceh di setiap kunjungan kerjanya kerap kali mengunjungi, berziarah dan berdoa ke makam-makam ulama di Aceh, salah satunya seperti kunjungan ke Aceh Singkil yang menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Syekh Abdurrauf As-Singkili, " sebut Kabid Humas mengakhiri keterangannya.* Baca juga Buka Seminar Syekh Abdurrauf As Singkily, Ini Harapan Bupati Aceh Singkil
BiografiTeungku Syiah Kuala. Syekh Abdurrauf Singkil (Singkil, Aceh 1024 H/1615 M-Kuala Aceh, Aceh 1105H/1693 M) adalah seorang ulama besar Aceh yang terkenal. Ia memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada umumnya. Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di
Beberapaulama terkenal pada masa itu, misalnya Syamsuddin al-Sumatrani (w.1630), Nuruddin an-Raniry (w. 1658), dan Abdurrauf al-Singkili (w. 1730 M) yang juga menjabat sebagai qadhi malikon adil di masa sultanah (Azra, 1998; 202), dan masih sangat banyak ulama yang tidak tersebut dalam catatan sejarah yang telah memperjuang Aceh ini.
j7ZCz. 6dwi812luq.pages.dev/2036dwi812luq.pages.dev/1726dwi812luq.pages.dev/3946dwi812luq.pages.dev/2386dwi812luq.pages.dev/1546dwi812luq.pages.dev/1786dwi812luq.pages.dev/3596dwi812luq.pages.dev/3976dwi812luq.pages.dev/87
makam syekh abdurrauf as singkili